Sabtu, 19 Januari 2013








Menurut Bolaneters, apakah kehadiran Guardiola di Bundesliga mampu meningkatkan animo dunia kepada sepakbola Jerman?








KLASEMEN LIGA
GP
PT

1.
22
55

2.
22
48

3.
22
42

GP
PT

1.
20
45

2.
20
42

3.
20
40

GP
PT

1.
19
55

2.
19
44

3.
19
37


FOOTBALL QUOTES
Lionel Messi, Barcelona FC
Selasa, 08 Januari 2013 15:49
"Bodoh jika Ronaldo tidak masuk ke 3 besar nominasi pemain terbaik dunia. Saya tidak bersaing dengannya, saya sudah mengatakannya berkali-kali."
Profile | Lihat Berita | Komentar (0)
Cristiano Ronaldo, Real Madrid
Selasa, 08 Januari 2013 15:48
"Saya tidak frustasi, wartawan melakukan pekerjaannya, begitu pula dengan saya. Mengenai Messi, tidak ada rivalitas di antara kami."
Profile | Lihat Berita | Komentar (0)
BOLA TAINMENT

PHOTO SHOT
A Goal For Friends From His Neighborhood
Striker Manchester City, Edin Dzeko mempersembahkan golnya kepada teman-teman masa kecilnya di Sarajevo, Bosnia. Usai mencetak satu gol ke gawang Arsenal tadi malam, Dzeko membuka jersey-nya, sembari menunjukkan tulisan "Za Moje Mahalce" yang kurang lebih berarti "Untuk Teman-Teman di Kampung Halaman Saya".



Sejarah Arema Indonesia

Home > Indonesia > Profil dan Sejarah Arema Indonesia

Profil dan Sejarah Arema Indonesia

September 1st, 2010 Leave a comment Go to comments
Agen Judi
Arema Indonesia adalah klub sepakbola dari Kota Malang. Berdiri pada 11 Agustus 1987. Saat didirikan bernama Arema Football Club / Persatuan Sepak Bola Arema (PS Arema) dan kemudian namanya menjadi Arema Malang. Arema awalnya didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan persepak bolaan di Malang yang waktu itu didominasi oleh Persema Malang. Penggagasnya adalah Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an dibantu humas Persema yakni Ovan Tobing.
Asal muasal nama Arema adalah diambil dari legenda Malang bernama Patih Kebo Arema dimasa Kerjaaan Singosari yang diperintah Raja Kertanegara. Semasa menjadi patih Singosari, Patih Kebo Arema memiliki prestasi yang gemilang. Walaupun namanya kurang populer dalam buku-buku sejarah nusantara dan kalah tenar dibandingkan Raja Kertanegara yang disebut-sebut menjadi raja tersukses di Singosari, namun bagi warga Malang, Patih Kebo Arema menjadi sosok yang sudah melegenda.
Arema malang kemudian berganti nama menjadi Arema Indonesia pada tahun 2009, siring dengan pergantian kepemilikan, dimana sejak tahun 2009 hingga kini dimiliki oleh PT. Bentoel Investama, Tbk. Arema memiliki julukan Singo Edan, bermarkas di Stadion Kanjuruhan dan Stadion Gajayana Malang. Sejak kiprahnya pertama kali di kompetisi Galatama kemudian Liga Indonesia (Ligina), Arema menjelma menjadi klub kebanggaan bukan hanya bagi Warga Kota dan Kabupaten Malang, tapi juga daerah terdekat lainnya seperti Kota Batu dan sekitarnya. Kelompok Suporter Arema terkenal sebagai salah satu supporter fanatik di Indonesia, disebut Aremania dan Aremanita.
Prestasi Arema Indonesia
  • 1992 Runner up Piala Galatama
  • 1992/1993 Juara Galatama XII
  • 2004 Juara Divisi Satu Liga Indonesia
  • 2005 Juara Piala Indonesia
  • 2006 Juara Piala Indonesia
  • 2007 Arema Junior Juara Liga Remaja Nasional Piala Soeratin U-18
  • 2008 Runner Up Piala Gubernur Jatim
  • 2009/2010 Juara Liga Super Indonesia
  • 2010 Runner Up Piala Indonesia
Partisipasi di Liga Champions Asia
  • 1993/94 Asian Club Championship (tidak lolos ke babak 6 besar setelah kalah agregat 3-6 dari Thai Farmers Bank Thailand)
  • 2006 AFC Champions League (dicoret karena PSSI lalai mendaftarkan peserta AFC Champions League)
  • 2007 AFC Champions League (gagal lolos dari babak penyisihan karena hanya menempati urutan ke-3)
  • 2011 AFC Champions league

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah (-1-)

Pendidikan barat yang diperkenalkan kepada penduduk pribumi sejak paruh kedua abad XIX sebagai upaya penguasa kolonial untuk mendapatkan tenaga kerja, misalnya, sampai akhir abad XIX pada satu sisi mampu menimbulkan restratifikasi masyarakat melalui mobilitas sosial kelompok intelektual, priyayi, dan profesional. Pada sisi lain, hal ini menimbulkan sikap antipati terhadap pendidikan Barat itu sendiri, yang diidentifikasi sebagai produk kolonial sekaligus produk orang kafir.
 
Sememara itu, adanya pengenalan agama Kristen dan perluasan kristenisasi yang terjadi bersamaan dengan perluasan kekuasaan kolonial ke dalam masyarakat pribumi yang telah terlebih dahulu terpengaruh oleh agama Islam, mengaburkan identitas politik yang melekat pada penguasa kolonial dan identitas sosial -keagamaan pada usaha kristenisasi di mata masyarakat umum.
 
Bagi sebagian besar penduduk pribumi, tekanan politis, ekonomis, sosial, maupun kultural yang dialami oleh masyarakat secara umum sebagai sesuatu yang identik dengan kemunculan orang Islam dan kekuasaan kolonial yang menjadi penyebab kondisi tersebut tidak dapat dipisahkan dari agama Kristen itu sendiri. Hal ini semakin diperburuk oleh struktur yuridis formal masyarakat kolonial, yang secara tegas membedakan kelompok masyarakat berdasarkan suku bangsa. Dalam stratifikasi masyarakat kolonial; penduduk pribumi menempati posisi yang paling rendah, sedangkan lapisan atas diduduki orang Eropa, kemudian orang Timur Asing, seperti: orang Cina, Jepang, Arab, dan India.
 
Tidak mengherankan jika kebijakan pemerintah kolonial ini tetap dianggap sebagai upaya untuk menempatkan orang Islam pada posisi sosial yang paling rendah walaupun dalam lapisan sosial yang lebih tinggi terdapat juga orang Arab yang beragama Islam. Di samping itu, akhir abad XIX juga ditandai oleh terjadinya proses peng-urbanan yang cepat sebagai akibat dari perkemhangan ekonomi, politik, dan sosial.
 
Kota-kota baru yang memiliki ciri masing-masing sesuai dengan faktor pendukungnya muncul di banyak wilayah. Perluasan komunikasi dan ransportasi mempermudah mobilitas penduduk. Sementara itu pembukaan suatu wilayah sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, industri, dan perdagangan telah menarik banyak orang untuk datang ke tempat tersebut. Sementara itu pula, tekanan ekonomi, politik, maupun sosial yang terjadi di daerah pedesaan telah mendorong mereka datang ke kota-kota tersebut.
 
Memasuki awal abad XX sebagian besar kondisi yang telah terbentuk sepanjang abad XIX terus berlangsung. Dalam konteks ekonomi, perluasan aktivitas ekonomi sebagai dampak perluasan penanaman modal swasta asing maupun perluasan pertanian rakyat belum mampu menimbulkan perubahan ekonomi secara struktural sehingga kondisi hidup sebagian besar penduduk masih tetap rendah. Di beberapa tempat penduduk pribumi memang berhasil mengembangkan pertanian tanaman ekspor dlan mendapat keuntungan yang besar, akan tetapi ekonomi mereka masih sangat labil terhadap perubahan pasar.
 
Sementara itu perluasan aktivitas ekonomi menimbulkan persaingan yang semakin besar sehingga para pengusaha industri pribumi harus bersaing dengan produk impor yang lebih berkualitas dan lebih murah di pasar lokal, sedangkan para peclagang pribumi juga harus bersaing ketat dengan pedagang asing yang terus mendominasi perdagangan lokal, regional, maupun internasional. Dalam perkembangan selanjutnya persaingan ini di beberapa tempat tidak lagi hanya terbatas pada masalah ekonomi, melainkan juga telah berkembang menjadi persoalan sosial, kultural, ataupun politik. Walaupun dalam bidang politik terjadi pergeseran dari kekuasan administratif yang tersentralisasi ke arah desentralisasi pada tingka t lokal, kontrol yang ketat pejabat Belanda terhadap pejabat pribumi masih tetap berlangsung.
 
Sementara itu, kebijakan Politik Balas Budi atau Politik Etis yang difokuskan pada bidang edukasi, irigasi, dan kolonisasi yang dilaksanakan sejak dekade pertama abad XX, telah memberikan kesempatan yang lebih luas kepada penduduk pribumi mengikuti pendidikan Barat dibandingkan dengan masa sebelumnya melalui pembentukan beberapa lembaga pendidikan khusus bagi penduduk pribumi sampai tingkat desa. Akan tetapi, kesempatan ini tetap saja masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pribumi secara keseluruhan.
 
Kesempatan itu masih tetap diprioritaskan bagi kelompok elit penduduk pribumi, atau kesempatan yang ada hanya terbuka untuk pendidikan rendah, sedangkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan menengah dan tinggi masih sangat terbatas. Seperti pada masa sebelumnya, kondisi seperti ini terbentuk selain disebabkan oleh kebijakan pemerintah kolonial, juga dilatarbelakangi sikap antipati dari kelompok Islam, yang menjadi pendukung utama masyarakat pribumi terhadap pendidikan Barat itu sendiri.
 
Secara umum mereka lebih suka mengirimkan anak-anak mereka ke pesantren, atau hanya sekedar ke lembaga pendidikan informal lain yang mengajarkan pengetahuan dasar agama Islam. Akan tetapi, sebenarnya ada dualisme cara memandang pendidikan Barat ini. Di samping dianggap sebagai perwujudan dari pengaruh Barat atau Kristen terhadap lingkungan sosial dan budaya lokal maupun Islam, pendidikan Barat juga dilihat secara objektif sebagai faktor penting untuk mendinamisasi masyarakat pribumi yang mayoritas beragama Islam.
 
Pendidikan Barat yang telah diperkenalkan kepada penduduk pribumi secara terbatas ini ternyata telah menciptakan kelompok intelektual dan profesional yang mampu melakukan perubahan-perubahan maupun memunculkan ide-ide baru di dalam masyarakat maupun sikap terhadap kekuasaan kolonial. Perubahan dan pencetusan ide-ide baru itu pada masa awal hanya terbatas pada bidang sosial, kultural, dan ekonomi, akan tetapi kemudian mencakup juga permasalahan politik. Walaupun feodalisme dalam sikap maupun struktur yang lebih makro di dalam masyarakat, khususnya di Jawa masih tetap berlangsung, pembentukan "organisasi modern" merupakan salah satu realisasi yang penting dari upaya perubahan dengan ide-ide baru tersebut.
 
Pada tahun 1908 organisasi Budi Utomo didirikan oleh para mahasiswa sekolah kedokteran di Jakarta. Walaupun dasar, tujuan, dan aktivitas Budi Utomo sebagai suatu organisasi masih terikat pada unsur-unsur primordial dan terbatas, keberadaan Budi Utomo secara langsung maupun tidak berpengaruh terhadap bentuk baru dari perjuangan kebangsaan melawan kondisi yang diciptakan oleh kolonialisme Belanda. Berbagai organisasi baru kemudian didirikan, dan perjuangan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial yang dulu terkosentrasi di kawasan pedesaan mulai beralih terpusat di daerah perkotaan.
 
Dunia Islam dan Masyarakat Muslim Indonesia Secara makro perkembangan dunia Islam pada akhir abad XIX dan awal abad XX ditandai oleh usaha untuk melawan dominasi Barat setelah sebagian besar negara yang penduduknya beragama Islam secara politik, sosial, ekonomi, maupun budaya telah kehilangan kemerdekaan dan berada di bawah kekuasaan kolonialisme dan imprialisme Barat sejak beberapa abad sebelumnya. Dalam masyarakat Muslim sendiri muncul usaha untuk mengatasi krisis internal dalam proses sosialisasi ajaran Islam, akidah, maupun pemikiran pada sebagian besar masyarakat, baik yang disebabkan oleh dominasi kolonialisme dan imperialisme Barat, maupun sebab-sebab lain yang ada dalam masyarakat Muslim itu sendiri.
 
Dalam kehidupan beragama ini terjadi kemerosotan ruhul Ishmi, jika dilihat dari ajaran Islam yang bersumber pada Quran dan Sunnah Rasulullah. Pengamalan ajaran Islam bercampur dengan bid'ah, khurafat, dan syi'ah. Di samping itu, pemikiran umat Islam juga terbelenggu oleh otoritas mazhab dan taqlid kepada para ulama sehingga ijtihad tidak dilakukan lagi. Dalam pengajaran agama Islam, secara umum Qur'an yang menjadi sumber ajaran hanya
diajarkan pada tingkat bacaan, sedangkan terjamahan dan tafsir hanya boleh dipelajari oleh orang-orang tertentu saja. Sementara itu, pertentangan yang bersumber pada masalah khilafiyah dan firu'iyah sering muncul dalam masyarakat Muslim, akibatnya muncul berbagai firqah dan pertentangan yang bersifat laten.
 
Di tengah-tengah kemerosotan itu, sejak pertengahan abad XIX muncul ide-ide pemurnian ajaran dan kesadaran politik di kalangan umat Islam melalui pemikiran dan aktivitas tokoh-tokoh seperti: Jamaludin Al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan para pendukung Muhammad bin Abdul Wahab. Jamaludin Al-Afgani banyak bergerak dalam bidang politik, yang diarahkan pada ide persaudaraan umat Islam sedunia dan gerakan perjuangan pembebasan tanah air umat Islam dari kolonialisme Barat.
 
Sementara itu, Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Ridha, berusaha memerangi kestatisan, syirik, bid'ah, khurafat, taqlid, dan membuka pintu ijtihad di kalangan umat Islam. Restrukturisasi lembaga pendidikan Islam dan mewujudkan ide-ide ke dalam berbagai penerbitan merupakan wujud usaha pemurnian dan pembaharuan yang dilakukan oleh dua orang ulama dari Mesir ini. Rasyid Ridha, misalnya, menerbitkan majalah Al-Manar di Mesir, yang kemudian disebarkan dan dikenal secara luas di seluruh dunia Islam. Sementara itu, ide-ide pembaharuan yang dikembangkan oleh pendukung Muhammad bin Abdlul Wahab dalam gerakan Al Muwahhidin telah mendapat dukungan politis dari penguasa Arab Saudi sehingga gerakan yang dikenal oleh para orientalis sebagai Wahabiyah itu berkembang menjadi besar dan kuat.
 
Seperti yang terjadi di dalam dunia Islam secara umum, Islam di Indonesia pada abad XIX juga mengalami krisis kemurnian ajaran, kestatisan pemikiran maupun aktivitas, dan pertentangan internal. Perjalanan historis penyebaran agama Islam di Indonesia sejak masa awal melalui proses akulturasi dan sinkretisme, pada satu sisi telah berhasil meningkatkan kuantitas umat Islam. Akan tetapi secara kualitas muncul kristalisasi ajaran Islam yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni.


(Bersambung ke halaman 2)
|<<< 1 2 3 >>>|

Artikel Terkait


iklan

Berita Terpopular

Terkait Adanya pertanyaan di kalangan beberapa orang anggota masyarakat tentang lebaran besok Sel ... selengkapnya
Kuala Lumpur- Muhammadiyah bukanlah kelompok Islam minimalis, tetapi Muhammadiyah ialah kelompok ... selengkapnya

Daftar Newsletter

Tetap terkini dengan berita terbaru dari Muhammadiyah

Bacaan Sehari-hari

Tidak Ada
iklan
img
img
img
img
img
img
img

Halaman Advertorial

right left
  • img
  • img
  • img
  • img
muhamamdiyah
muhamamdiyah

Copyright © 1997 Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Alamat PP Muhammadiyah
Yogyakarta:
Jl. Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta 55262 Telp. +62 274 553132 Fax.+62 274 553137 E-mail : pp_muhammadiyah@yahoo.com

Jakarta:
Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jl. Menteng Raya No.62 Jakarta 10340 Telp. +62 21 3903021 Fax. +62 21 3903024
Hosted by : umm.ac.id Develop by : infokom.umm.ac.id
Daftar Subdomain